I
“PENDAHULUAN”
Dalam
Perusahaan, Knowladge dan Skils saja tidak cukup untuk membangun pribadi
seorang karyawan yang prima, tapi Behavior yang baik juga sangat menentukan.
Lalu kenapa Behavior dikatakan menentkan ?, karena tanpa Sikap yang baik,
Knowlade dan Skils yang bagus menjadi tidak berguna. Oleh karenanya, harus ada
sinkronisasi antara Knowladge, Skils, dan Behavior, sehingga organisasi dapat
berjalan dengan lancar, denga karyawan yang membanggakan..
Oleh karenanya,
dalam proses perkuliahan semester 6 ini, mahasiswa diaggap perlu mempelajari
perihal Organization Behavior.
Dalam pertemuan
ke dua ini, kelopok kami di beri tugas oleh Bpk. Fransiskus Amonio Halawa, S.Kom, MM dalam mata kuliah Perilaku
Organisasi untuk menjelaskan sebuah tema yang sangat memegang peran penting
dalam pembinaan perilaku, yakni Sikap
Dan Kepuasan Kerja.
Pengertian Sikap
dan Kepuasan Kerja, terkadang masih menjadi tanda tanya bagi sebagian orang, karenanya
kami memandang perlu, untuk menjabarkan topic ini. Karena akan sangat
merugikan, jika karyawan yang memiliki Knowladge dan Skils yang prima namun
tidak diimbangi dengan sikap yang baik, pastilah membawa dampak negative bagi
perusahaan.
Dalam makalah
ini, kami kelompok satu menjabarkan tentang Sikap dan Kepuasan Kerja.. Tentang
apa itu Sikap ?, apa itu Kepuasan Kerja, dan apa Pengaruh Sikap dan Kepuasan
Kerja pada Kinerja Karyawan.
Sekiranya apa
yang kami susun dapat berguna untuk para pembaca, dan untuk dijadikan sebagai
salah satu factor pembentuk Nilai Harian yang berbobot 20 % dari total Nilai
Akhir Semester Kami. Kurang Lebihnya kami mohon maaf, semoga bermanfaat.
Salam Damai,
Jakarta
30 Januari 2015
Tim
Penyusun
Kelompok
1
II
“SIKAP”
A.
Pengertian
Sikap
Sikap atau
attitude merupakan salah satu hal yang bisa diinilai dari diri
seseorang.Misalkan baik buruk nya seseorang dan sebegainya.
Melihat peran
sikap sanggatlah vital dalam kehidupan social membuat seseorang rela
menghabiskan banyak uang untuk membentuk sikap dam kepribadian yang baik
melalui sekolah kepribadian.
Secara
umum,sikap bisa didefinisikan sebagai perasaan,pikiran dan kecenderungan sikap
seseorang yang bersifat permanen untuk mengenal lingkungan sekitarnya.
Dengan sikap
juga orang-orang atau masyarakat bisa menilai kita baik itu positif atau pun
negative tergantung sikap kita terhadap orang lain,sikap juga dinamakan sebagai
perilaku.
Sikap menjadi
pokok bahasan menarik karena sanggat berkaitan dengan orang lain dan lingkungan
sekitarnya.
Berikut adalah
difnisi sikap menurt para ahli :
1. Menurut
Sarnoff, “sikap adalah kesediaan
untuk bereaksi baik secara negative atau positif terhadaap objek tertentu.”
2. Menurut
Notoatmondjo,”sikap adalah reaksi
atau respon yang masih tertutup bagi seseorang atau suatu stimulus atau objek”
3. .Menurut
Louis Thurston,Rensis likert dan Charkes
Osgood, “sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mendukung
atau memihak.”
4. Fishbein dan Ajzen,
Oskemp,Petty dan Cacioppo, “sikap
adalah penilaian positif atau negative terhadap siatu subjek.”
5. Menurut
LaPierre ,”sikap adalah pola
perilaku,tendensi atau kesiapan antisipatif,dan predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi social.sikap adalah respon terhada stimulasi social yang
telah terkondisikan.”
6. Menurut
Thurston, “sikap adalah derajat efek
positif atau negstif terhadap suatu objek psikologis.”
7. Menurut
Kim Ball Young, “Sikap adalah predisposisi mental untuk melakukan suatu
tindakan”
8. Menurut
Sherif dan Sherif, “Sikap adalah keajegan dan kekhasan perilaku seseorang
dalam hubungan dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu”
B.
Komponen
Sikap
Menurut
George J. Mouly (1967) sikap
memiliki tiga komponen :
1. Komponen
kognitif : yaitu komponen
yang tersusun atas dasar pengetahuan dan informasi yang dimilki seseorang
tentang objek sikapnya atau komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan atau bagaimana mempersepsi objek
2. Komponen
afektif : komponen
yang bersifat evaluatif yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang
3. Komponen
konatif : kesiapan
seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya atau
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek.
C.
Konsistensi
Sikap
Pada
umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara
sikap mereka serta antara sikap dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa individu
berusaha untuk menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan perilaku
mereka sehingga mereka terlihat rasional dan konsisten.
Ketika
terdapat ketidakkonsistenan, timbulah dorongan untuk mengembalikan individu
tersebut ke keadaan seimbang dimana sikap dan perilaku kembali konsisten. Ini
bisa dilakukan dengan dengan cara mengubah sikap maupun perilaku, atau dengan
mengembangkan rasionalisasi untuk ketidaksesuaian. Leon Festinger mengemukakan teori
ketidaksesuaian kognitif (cognitive dissonance). Teori ini berusaha
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Ketidaksesuaian berarti
ketidakkonsistenan. Ketidaksesuaian kognitif merujuk pada ketidaksesaian yang
dirasaka oleh seorang individu antara dua sikap atau lebih, atau antara
perilaku dan sikap.
Festinger berpendapat bahwa bentuk
ketidakkonsistenan apapun tidaklah menyenangkan dan karena itu individu akan
berusaha mengurangi ketidaksesuaian, dan tentunya ketidaknyamanan tersebut.
Oleh karena itu individu akan mencari keadaan yang stabil, dimana hanya ada
sedikit ketidaksesuaian. Dan tidak ada individu yang bisa sepenuhnya
menghindari ketidaksesuaian.
Penelitian yang sebelumnya tentang sikap menganggap bahwa sikap mempunyai hubungan sebab akibat dengan perilaku; yaitu sikap yang dimiliki individu menentukan apa yang mereka lakukan. Namun pada akhir tahun 1960-an hubungan yang diterima tentang sikap dan perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap-perilaku, peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku, atau paling banyak ada hubungan tapi sedikit .
Penelitian yang sebelumnya tentang sikap menganggap bahwa sikap mempunyai hubungan sebab akibat dengan perilaku; yaitu sikap yang dimiliki individu menentukan apa yang mereka lakukan. Namun pada akhir tahun 1960-an hubungan yang diterima tentang sikap dan perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap-perilaku, peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku, atau paling banyak ada hubungan tapi sedikit .
Penelitian
baru-baru ini menunjukkan bahwa sikap memprediksi perilaku masa depan secara
signifikan dan memperkuat keyakinan semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan dengan
memperhitungkan variable-variabel pengait , yakni pentingnya sikap,
kekhususannya, aksesibilitasnya, apakah ada tekanan-tekanan sosial, dan apakah
seseorang mempunyai pengalaman langsung dengan sikap tersebut.
Sikap
yang penting adalah sikap yang mencerminkan nilai-nilai fundamental, minat
diri, atau identifikasi dengan individu atau kelompok yang dihargai oleh
seseorang. Sikap-sikap yang dianggap penting oleh individu cenderung
menunjukkan yang kuat dengan perilaku. Semakin khusus sikap tersebut maka
semakin khusus perilaku tersebut , dan semakin kuat hubungan antara keduanya.
Sikap
yang mudah diingat cenderung lebih bisa digunakan untuk memprediksi perilaku
bila dibandingkan sikap yang tidak bisa diakses dalam ingatan. Ketidaksesuaian
antara sikap dan perilaku keungkinan besar muncul ketika tekanan social untuk
berperilaku dalam cara-cara tertentu memiliki kekuatan yang luar biasa.
Kesimpulannya , hubungan sikap-perilaku mungkin sekali mejadi jauh lebih kuat
apabila sebuah sikap merujuk pada sesuatu, dimana individu tersebut mempunyai
pengalaman pribadi secara langsung.
D.
Cara
Pengukuran Sikap
Sikap
dapat diukur dengan metode/teknik :
1. Measurement
by scales (pengukuran
sikap dengan menggunakan skala) munculah skala sikap.
2. Measurement
by rating ( pengukuran sikap dengan meminta pendapat atau penilaian para
ahli yang mengetahui sikap individu yang dituju.)
3. Indirect
method (pengukuran
sikap secara tidak langsung yakni mengamati (eksperimen) perubahan
sikap/pendapat)
III
“KEPUASAN KERJA”
A.
Pengertian
Kepuasan Kerja
Kepuasan
kerja merupakan salah satu faktor kerja yang sangat penting untuk mendapatkan
hasil kerja yang optimal. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi
dapat mempunyai sikap yang positif dalam pekerjaan nya, dan seseorang yang
tidak puas akan mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan nya. Kepuasaan kerja
mencerminkan perasaan nya terhadap seseorang terhadap pekerjaan nya.hal ini
terlihat dari sikap karywan nya itu sendiri terhadap pekerjaan nya dan segala
sesuatu yang dihadapi di lingkungan pekerjaan nya. Oleh karena itu kepuasan
dalam bekerja dapat membuat karyawan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas dan presentasi nya
sehingga prestasi kerja dapat mudah tercapai.
B.
Cara
Megukur Kepuasan Kerja
Cara
Mengukur Kepuasan Kerja ada 3 yaitu ;
1. Rating Scale yaitu suatu
instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang demikian rupa yang
di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur
kepuasan dan unsur ketidakpuasan.
2. Critical
Incidents yaitu Dalam penelitiannya
tersebut dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang faktor-faktor
apa yang saja yang membuat mereka puas dan tidak puas.
3. Interview
yaitu Untuk mengukur kepuasan kerja dengan
menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap para karyawan secara individu.
Dengan metode ini dapat diketahui secara mendalam mengenai bagaimana sikap
karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaan.
C.
Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Ghiselli dan Brown, ada 5 Faktor
Kepuasan Kerja yaitu :
1. Kedudukan/Posisi.
Umumnya
manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih
tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan
yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut
tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang
mempengaruhi kepuasan kerja.
2. Pangkat/Golongan.
Pada
pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan
tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila
ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan
pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku
dan perasaannya.
3.
Usia.
Penelitian
menyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur
di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan
umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
4.
Jaminan
Finansial dan Jaminan Sosial.
Masalah
finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Masalah Finansial secara langsung mengacu pada Gaji, Upah, Intensif, Bonus, dan
Komisi serta Masalah yang berhubungan dengan sosial karyawan yaitu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
bekerja selama didalam atau diluar lingkup perusahaan.
5. Mutu Pengawasan.
Hubungan
antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya untuk menaikkan
produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan
hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (Sense Of
Belonging).
IV
“PENGARUH KEPUASAN
KERJA TERHADAP KINERJA”
Meskipun hanya merupakan salah satu faktor dari banyak
faktor berpengaruh lainnya, kepuasan kerja juga mempengaruhi tingkat kinerja
karyawan. Dengan kepuasan kerja yang diperoleh. diharapkan kinerja karyawan
yang tinggi dapat dicapai para karyawan. Tanpa adanya kepuasan kerja, karyawan
akan bekerja tidak seperti apa yang diharapkan oleh perusahaan, maka akibatnya
kinerja karyawan menjadi rendah, sehingga tujuan perusahaan secara maksimal
tidak akan tercapai.
Sehingga dapat diketahui bahwa tidak hanya kemampuan
karyawan saja yang diperlukan dalam bekerja tetapi juga motivasi dalam
bekerjapun sangat mempengaruhi karyawan untuk kinerjanya lebih baik. Salah satu
upaya yang dapat ditempuh oleh para manajer / atasan untuk memotivasi
karyawannya adalah dengan menciptakan kepuasan dalam bekerja agar tercapainya
kinerja karyawan didalam perusahaan tersebut meskipun disadari bahwa hal itu
tidak mudah.
Kepuasan kerja merupakan sikap positif yang menyangkut
penyesuaian karyawan terhadap faktor-faktor yang, mempengaruhinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja, meliputi:
- Faktor Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya
keinginan karyawan terhadap kebutuhan finansial yang diterimanya untuk
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi
karyawan dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; system dan besarnya gaji,
jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta
promosi (Moh. As’ad,1987: 118).
- Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Hal ini
meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara,
kondisi kesehatan karyawan dan umur (Moh. As’ad,1987:117).
- Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang
berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan
atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal ini
meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta
pengarahan dan perintah yang wajar (Drs.Heidjrachman dan Drs. Suad
Husnan.1986: 194-195).
- Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan kejiwaan karyawan. Hal ini meliputi; minat, ketentraman
dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan
(Moh.As’ad,1987: 11.7).
Dari definisi faktor-faktor diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang
memiliki peran yang penting bagi perusahaan dalam memilih dan menempatkan
karyawan dalam pekerjaannya dan sebagai partner usahanya agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan atau sepantasnya dilakukan.
Secara teoretikal berbagai metode dan teknik mempunyai
sasaran yang sama, yaitu menilai prestasi kerja para karyawan secara obyektif
untuk suatu kurun waktu tertentu dimasa lalu yang hasilnya bermanfaat bagi
organisasi atau perusahaan, seperti untuk kepentingan mutasi pegawai maupun
bagi pegawai yang bersangkutan sendiri dalam rangka pengembangan karirnya.
Untuk mencapai kedua sasaran tersebut maka digunakanlah berbagai metode
pengukuran kinerja karyawan menurut Heidjrachman
Ranupandojo dan Suad Husnan dalam bukunya “Manajemen Personalia” (1984:122-127) yang dewasa ini dikenal dan
digunakan adalah :
- Rangking, adalah dengan cara
membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang lain untuk
menentukan siapa yang lebih baik.
- Perbandingan karyawan dengan karyawan,
adalah suatu cara untuk memisahkan penilaian seseorang ke dalam berbagai
faktor.
- Grading, adalah suatu cara pengukuran
kinerja karyawan dari tiap karyawan yang kemudian diperbandingkan dengan
definisi masing-masing kategori untuk dimasukkan kedalam salah satu
kategori yang telah ditentukan.
- Skala gratis, adalah metode yang menilai
baik tidaknya pekerjaan seorang karyavvan berdasarkan faktor-faktor yang
dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan tersebut. Masing-masing faktor
tersebut. seperti misalnya kualitas dan kuantitas kerja, keterampilan
kerja, tanggung jawab kerja, kerja sama dan sebagainya.
- Checklists, adalah metode penilaian yang
bukan sebagai penilai karyawan tetapi hanya sekedar melaporkan tingkah
laku karyawan.
V
“KESIMPULAN DAN SARAN”
Dari apa yang
kami jabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa, untuk mencapai tujuan
organisasi, dan mewujudkan visi misi dari perusahaan, pembinaan Behavior sangatlah
penting untuk dilakukan, karena turut andil besar dalam pembentukan prbadi dari
karyawan. Jika sikap karyawan baik, maka kepuasan kerja akan lebih mudah untuk
didapatkan, dan jika kepuasan kerja sudah didapatkan pastilah kinerja akan
meningkat.
Karenanya kami
tim penyusun dari kelompok satu menyarankan bagi para pemilik peruaan, untuk
menyingkapi serius masalah pembinaan Organization Behavior bagi para karyaman
mereka, agar tercipta konsistensi dalam bersikap, hingga bisnis dapat berjalan
lancar.
Demikian tugas
ini kami buat, semoga dapat di pergunakan sebagai mana mestinya.
God Bless You …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar